Artikel Kesehatan
Jenis-Jenis Plastik dan Bahaya Mengerikan Dibaliknya
Agustus 20, 2019
0

     Permasalahan sampah di Indonesia sampai saat ini masih belum bisa terselesaikan. Semakin bertambahnya jumlah penduduk, semakin bertambah pula volume timbulan sampah yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Sampah plastik menjadi masalah lingkungan utama dan berskala global. Bagaimana tidak? Plastik banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari karena keunggulannya yang kuat, ringan, dan mudah dibawa. Namun, tak banyak yang mengetahui bahwa dibalik kepraktisannya tersebut, terdapat bahaya yang mengerikan dibaliknya. Menurut penelitian, penggunaan plastik yang tidak sesuai dengan persyaratan akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, salah satunya pemicu kanker. Sampah plastik tidaklah bijak jika dibakar karena akan menghasilkan gas yang akan mencemari udara, seperti gas hidrogen sianida (HCN) dan karbon monoksida (CO) yang membahayakan pernapasan manusia dan jika sampah plastik ditimbun dalam tanah akan mencemari tanah dan air tanah. Oleh karena itu, pemakaian plastik yang jumlahnya sangat besar akan berdampak signifikan terhadap kesehatan manusia dan juga lingkungannya (Karuniastuti, 2013).

     Namun, tak banyak yang mengetahui bahwa barang-barang berbahan plastik yang kita gunakan sehari-hari berbeda jenis antara satu dengan yang lainnya. Menurut Putra dan  Yuriandala (2010), plastik yang digunakan untuk membuat botol air mineral tentu berbeda dengan plastik untuk membuat sedotan, kursi, dan pipa. Untuk mengetahui jenis plastik yang digunakan sebagai material dasar sebuah produk, kita bisa melihatnya pada simbol atau kode yang terdapat pada plastik tersebut. Simbol atau kode yang terdapat pada plastik berupa sebuah angka (1-7) dalam rangkaian tanda panah yang membentuk segitiga dan biasanya dicetak di bagian bawah benda plastik. Lantas apa saja jenis-jenis plastik tersebut? Mari kita simak uraiannya.kjkj

Gambar Kode Jenis Plastik (Purwaningrum, 2016).

  1. PET atau PETE (Polyethylene Therephthalate), yaitu memiliki sifat yang ringan, murah, dan mudah membuatnya. Digunakan pada botol minuman soft drink, tempat makanan yang tahan microwave dan lain-lain.
  2. HDPE (High Density Polyethylene), yaitu memiliki sifat yang lebih kuat dan rentan terhadap korosi, sedikit resiko pengebaran kimia bila digunakan sebagai wadah makanan, biasanya digunakan sebagai wadah shampo, deterjan, kantong sampah, serta memiliki sifat yang mudah didaur ulang.
  3. PVC (Polyvinyl Chloride), yaitu memiliki karakteristik fisik yang stabil dan tahan terhadap bahan kimia, cuaca, sifat elektrik dan aliran. Bahan jenis ini paling sulit untuk didaur ulang dan sering kita temukan penggunaannya pada pipa dan konstruksi bangunan.
  4. LDPE (Low Density Polyethylene), biasanya digunakan untuk wadah makanan dan botol-botol yang lebih lembek.
  5. PP (Polypropylene), yaitu bersifat tahan terhadap kimia kecuali klorin, bahan bakar dan xylene, mempunyai sifat insulasi listrik yang baik. Bahan plastik jenis ini tahan terhadap air mendidih dan sterilisasi dengan uap panas. Pengaplikasinnya yaitu pada komponen otomotif, tempat makanan, karpet, dan lain-lain.
  6. PS (Polystyrene), yaitu mempunyai kekakuan dan kestabilan dimensi yang baik. Biasanya digunakan untuk wadah makanan sekali pakai, kemasan, mainan, peralatan medis, dan lain sebagainya.
  7. Other, biasanya digunakan untuk jenis plastik selain pada nomor 1-6. Pada jenis ini, bersifat keras, jernih, dan secara termal sangat stabil. Biasanya digunakan untuk galon air minum, botol susu, dan peralatan makan bayi.

     Dengan perbedaan jenis plastik yang sering kita temui sehari-hari, berbeda pula bahaya atau dampak yang ditimbulkan jika kita menggunakan plastik tersebut secara berlebihan dan diluar persyaratan. Salah satunya yaitu kebanyakan plastik seperti PVC, agar tidak bersifat kaku dan rapuh ditambahkan dengan suatu bahan pelembut. Beberapa contoh bahan pelembut yang digunakan pada plastik PVC yaitu epoxidized soybean oil (ESBO), di(2-ethylhexyl)adipate (DEHA), bifenil poliklorin (PCB), acetyl tributyl citrate (ATBC), dan di(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP). Bahan-bahan pelembut ini jika digunakan dalam jangka waktu panjang dapat menimbulkan masalah kesehatan, seperti bahan PCB dapat menimbulkan kematian pada jaringan dan kanker pada manusia. Dampak ini pernah terjadi di Jepang, yaitu keracunan PCB menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai yusho. Tanda dan gejala dari keracunan ini berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan dan kaki lemas. Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat. Contoh lain bahan pelembut pada plastik PVC yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA. Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, plastik PVC yang menggunakan bahan pelembuat DEHA dapan mengkontaminasi makanan dengan mengeluarkan bahan pelembut ini ke dalam makanan. Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusak sistem reproduksi dan menghasilkan janin yang cacat dan juga kanker hati (Karuniastuti, 2013).

     Beraneka warna wadah plastik juga menjadi bahaya bagi kesehatan. Pigmen warna yang terdapat pada plastik dapat bermigrasi ke makanan. Oleh karena itu, sering kita jumpai adanya perubahan warna wadah plastik untuk jangka waktu tertentu. Tidak hanya demikian, plastik yang tidak berwarna juga harus diwaspadai karena semakin jernih, bening, dan bersih maka semakin banyak pula kandungan zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan (Setyowati dan Widodo, 2017). Selain berdampak bagi kesehatan, sampah plastik juga dapat berdampak besar terhadap lingkungan. Kantong plastik memiliki efek yaitu dapat mengganggu jalur air yang meresap ke dalam tanah, menurunkan kesuburan tanah yang disebabkan karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk hidup yang mampu menyuburkan tanah. Pembuangan sampah plastik sembarangan ke sungai-sungai akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai sehingga menyebabkan banjir (Purwaningrum, 2016).

     Nah, dengan mengetahui dampak plastik bagi kesehatan maupun lingkungan, mulailah dari sekarang untuk meminimalisir penggunaan plastik. Misalnya mengganti plastik sebagai tempat atau wadah belanja dengan tas belanja yang berbahan kain yang bersifat lebih efektif dan dapat digunakan berkali-kali. Selain itu, kita bisa mengganti makanan yang berwadah plastik dengan daun pisang. Selain mudah ditemukan di lingkungan, daun pisang juga bersifat ramah lingkungan. Dengan diterapkannya hal tersebut, maka masyarakat Indonesia akan terhindar dari gangguan atau ancaman mematikan akibat sampah plastik. Mari selamatkan bumi kita dengan meminimalisir penggunaan plastik!

Sumber:

Karuniastuti, N. 2013. Bahaya Plastik Terhadap Kesehatan dan Lingkungan. Swara Patra 3(1): 6-14.

Purwaningrum, P. 2016. Upaya Mengurangi Timbulan Sampah Plastik di Lingkungan. Jurnal Teknik Lingkungan 8(2): 141-147.

Putra, H.P. dan Y. Yuriandala. 2010. Studi Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi Produk dan Jasa Kreatif. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 2(1): 21-31.

Setyowati, V. A. dan E.W.R. Widodo. 2017. Studi Sifat Fisis, Kimia, dan Morfologi Pada Kemasan Makanan Berbahan Styrofoam dan LDPE (Low Density Polyethylene). Mechanical 8(1): 39-45.