Artikel Kesehatan
KORELASI AIDS TERHADAP SERANGAN KANKER
Desember 20, 2019
0

Oleh : I Gede Suka Merta

Acquired Immune Deficiency Syndrome yang umum disingkat AIDS sejatinya merupakan fase terakhir dalam mekanisme infeksi HIV yang ditandai dengan munculnya sekumpulan gejala (sindrom) sebagai hubungan kausalitas rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Berdasarkan data WHO, AIDS merupakan salah satu penyakit penyebab kematian di dunia (Purnama dan Witdiawati, 2018). HIV merupakan jenis virus yang terklasifikasi sebagai retrovirus dan termasuk virus RNA rantai tunggal. Virus ini hanya dapat menginfeksi manusia dan beberapa mamalia yang memiliki sifat hampir sama dengan manusia. Virus ini memiliki mekanisme infeksi dalam jangka waktu panjang dan tidak secara langsung menimbulkan gejala.

Infeksi HIV sebagai agen penyebab AIDS dapat terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh ODHA (orang dengan HIV ADIS).  Mekanisme penularan HIV dapat terjadi melalui media darah, cairan alat reproduksi, dan air susu ibu pada wanita pasca melahirkan. Penularan HIV sangat bergantung panda mekanisme keluar masuk tubuh manusia. Ketika HIV keluar tubuh manusia yang terkandung dalam media penularan tersebut, HIV hanya akan menginfeksi manusia lain bila terdapat celah masuk ke dalam tubuh seperti kontak dengan luka maupun lapisan mukosa (lapisan dalam tubuh). Maka dari itu, risiko penularan semakin meningkat pada orang yang kontak langsung dengan ODHA dan tidak waspada terhadap risiko penularannya (Nyandra dan Yogeswara, 2018).

Dalam memahami gentingnya kondisi HIV AIDS di Bali, diperlukan data valid atas eksistensi infeksi ini terhadap masyarakat Bali secara menyeluruh. Berdasarkan data yang dipublikasikan Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada 18 Juni 2019, Provinsi Bali memiliki angka kasus kejadian infeksi HIV maupun AIDS relatif tinggi. Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1987 sampai bulan maret 2019 tercatat sebanyak 21.018 kasus yang terdiri atas 12.678 pasien berada pada fase infeksi HIV dan 8.340 pasien lainnya ditemukan dalam fase AIDS berdasarkan gejala yang ditimbulkan. Dari seluruh pasien yang tercatat, faktor risiko penularan melalui hubungan heteroseksual sebanyak 76,4% kasus baru dan melalui hubungan homoseksual sebanyak 14,2% kasus baru. Adapun golongan umur pasien HIV AIDS masih didominasi oleh kelompok umur 20-29 tahun dan 30-39 tahun (Dinkes Provinsi Bali, 2019).

Karakteristik gejala AIDS pada pasien yang telah terinfeksi HIV cukup lama memiliki kuantitas dan kualitas yang berbeda. Hal ini dikarenakan sistem kekebalan tubuh terhadap penanggulangan agen penyakit sebagai komplikasi AIDS berbeda antarindividu. Tidak hanya itu, potensi terjadinya penyakit noninfeksi seperti kanker kaposi, kanker serviks, dan kanker kelenjar getah bening semakin tinggi seiring dengan menurunnya peranan sistem kekebalan tubuh dalam menanggulangi agen penyakit tersebut.

Pasien AIDS dengan kondisi sistem kekebalan tubuh yang rendah memiliki risiko terkena kanker kaposi. Kanker kaposi merupakan kanker yang terjadi akibat rusaknya sel penyusun lapisan getah bening atau pembuluh darah. Kanker jenis ini seringkali muncul sebagai tumor pada permukaan kulit maupun pada lapisan mukosa seperti mulut. Kanker kaposi ini memiliki laju mutasi yang relatif cepat karena berdekatan dengan sistem peredaran darah sehingga memudahkan sel pemicu kanker untuk bertransportasi ke lapisan getah bening atau pembuluh darah lain. Pada pasien terinfeksi HIV risiko terkena kanker kaposi meningkat 100 sampai 300 kali yang berbanding lurus dengan menurunnya sistem pertahan tubuh terhadap perkembangan sel kanker kaposi (Ersha dan Ahmad, 2018).

Salah satu faktor risiko yang mendorong terjadinya kanker serviks pada wanita adalah imunosupresi. Kondisi imunosupresi merupakan penurunan kekebalan tubuh akibat terganggunya sistem kekebalan tubuh yang salah satunya disebabkan oleh infeksi HIV. Berdasarkan analisis faktor risiko kanker serviks oleh Ivanna Junamel Manoppo (2016), pada wanita dengan fase AIDS, risiko terinfeksi virus HPV (Human Papilloma Virus) semakin tinggi. Virus ini turut menjadi faktor risiko kanker serviks dengan fase perkembangan sel kanker yang lebih cepat pada pasien wanita AIDS. Perkembangan sel prakanker menjadi sel kanker yang umumnya terjadi beberapa tahun, dapat mengalami percepatan akibat imunosupresi akibat AIDS (Manoppo, 2016).

Kanker kelenjar getah bening merupakan kanker yang menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening. Terjadinya perkembangan sel yang tidak normal pada kelenjar getah bening diakibatkan oleh infeksi Eipsten-Barr Virus (EBV). Infeksi virus ini kerap ditemui pada kelenjar getah bening pasien AIDS dikarenakan terjadinya penurunan sistem kekebalan tubuh spesifik yang mencegah virus ini berkembang. Risiko infeksi EBV yang mengarah pada kanker kelenjar getah bening berbanding lurus dengan melemahnya pertahanan tubuh akibat AIDS (Keneddy dkk., 2009).

Daftar Pustaka

Dinkes Provinsi Bali. 2019. Upaya Pengendalian HIV/AIDS di Bali Dinkes Validasi Data. [Online] Tersedia pada : http://www.diskes.baliprov.go.id/upaya-pengendalian-hiv-aids-di-bali-dinkes-validasi-data/ [Diakses 27 Desember 2019].

Ersha, Riry Febrina dan Ahmad, Armen. 2018. Human Immunodeficiency Virus – Acquired Immunodeficiency Syndrome dengan Sarkoma Kaposi. Jurnal Kesehatan Andalas, VII(3), halaman 131-134.

Keneddy Mengko, Steward dan Surarso, Bakti. 2009. Patogenesis Limfoma Non Hodgkin Ekstra Nodal Kepala dan Leher. Jurnal THT-KL, II(1), halaman 32-47.

Manoppo, Ivanna Junamel. 2016. Hubungan Paritas dan Usia Ibu dengan Kanker Serviks di RSU Prof. Kandou Manado Tahun 2014. Jurnal Skolastik Keperawatan, II(1), halaman 46-58.

Nyandra, Made dan Yogeswara, Ida Bagus Agung. 2018. Studi Epidemologi HIV/AIDS di Kabupaten Jembrana Bali. Jurnal Kesehatan Terpadu, II(2), halaman 68-76.

Purnama, Dadang. dan Witdiawati. 2018. Peningkatan Literasi Informasi Penyakit HIV-AIDS pada Siswa Sekolah. MKK, I(1), halaman 69-78.