Artikel Kesehatan
Dilema Iklan Rokok
Mei 20, 2019
0

Rokok merupakan produk yang sudah tak asing lagi di telinga manusia. Bagaimana tidak? Benda kecil ini  masih saja menjadi kontroversi di kalangan masyarakat. Ya! Hal ini dapat dilihat dari kehidupan nyata sehari-hari bahwa rokok merupakan produk yang berbahaya baik bagi pengguna maupun non pengguna serta bersifat mematikan, namun masih saja dikonsumsi oleh masyarakat. Bahkan, perilaku ini dilakukan tidak memandang tempat dan usia. Mulai dari anak-anak, remaja sekolah, pegawai kantoran, para petani di sawah, pejabat-pejabat negara, hingga lansia pun melakukan aktvitasnya sehari-hari sambil menikmati puntung demi puntung rokok di bibirnya.

Apa sih yang membuat orang merokok?

Perilaku merokok yang dilakukan oleh masyarakat dilatar belakangi oleh pengaruh teman sebaya, faktor genetik, rokok merupakan teman disaat sendirian, memberikan efek yang membuat perokok merasa santai, membuat segala kesulitan akan terbang bersama asap rokok, dan merokok dapat memberikan semangat. Selain itu, perubahan mood setelah merokok, efek mengurangi ketegangan, kurangnya pengawasan orang tua, pengaruh media, dan lingkungan sosial juga menjadi faktor penyebabnya. Dari beberapa faktor tersebut, hal menonjol yang perlu ditekankan sebagai pengaruh perilaku merokok ialah penayangan iklan-iklan rokok di televisi (Caldwell, 2012).

Lalu apa sih pengaruh iklan rokok terhadap perokok pemula?

Iklan-iklan rokok yang ditayangkan di televisi ternyata diterima dengan persepsi yang berbeda di kalangan masyarakat. Bagaimana tidak? Dengan melihat iklan yang ada di televisi dan media massa, masyarakat terutama remaja mulai mengenal dan mencoba untuk merokok, karena gencarnya iklan rokok yang beredar di masyarakat, ditambah dengan adanya image yang dibentuk oleh iklan rokok sehingga terlihat seakan orang yang merokok adalah orang yang sukses dan tangguh (Wawan, 2010). Periklanan dan promosi rokok yang ditayangkan di televisi memiliki pengaruh besar terhadap keputusan pembelian rokok. Menurut beberapa penelitian, masyarakat responsif terhadap gambar visual dan pesan dari iklan rokok. Hal tersebut dapat dilihat dari pembuat iklan rokok mengecilkan masalah kesehatan dan sebagai gantinya mengasosiasikan merokok dengan atribut positif seperti menggunakan public figure yang menarik, sehingga masyarakat menjadi tertarik untuk mencoba hal tersebut dan meningkatkan minat masyarakat akan keputusan pembelian rokok. Padahal, masyarakat sadar akan bahaya rokok, namun disisi lain masyarakat merasa iklan dari produsen rokok justru mendorong untuk tetap merokok. Iklan-iklan dari produsen rokok memiliki efek yang lebih kuat dibandingkan iklan layanan masyarakat anti rokok. Dilematis iklan dari dua hal yang bertentangan membawa konsekuensi hilangnya kekhawatiran dari perokok akan bahaya merokok sehingga mengabaikan informasi bahaya merokok (Wijaya et al., 2017).

Lantas apa yang harus kita lakukan?

 Melihat hal demikian, hal yang mesti kita lakukan yaitu melakukan promosi kesehatan ke masyarakat luar akan bahaya perilaku merokok. Selain itu, peran pemerintah juga sangat diperlukan dalam hal ini. Pemerintah hendaknya dapat bekerja sama dengan tokoh influencer  seperti public figure untuk mengkampanyekan anti rokok. Dengan adanya tokoh influencer, diharapkan mampu mengajak masyarakat agar lebih tertarik untuk menghindari perilaku merokok, karena di benak masyarakat biasanya tokok influencer menjadi tokoh teladan bagi mereka. Selain itu, pemerintah hendaknya melakukan upaya regulasi pembatasan iklan rokok dari produsen rokok karena masyarakat dilematis dalam menerima pesan yang disampaikan pemerintah melalui iklan layanan masyarakat maupun informasi yang disampaikan melalui bungkus rokok dengan iklan yang disampaikan oleh produsen rokok. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisir angka pengonsumsi rokok di negara kita (Wijaya, 2017).

 

Sumber:

Caldwell, E. (2012). Berhenti Merokok. Yogyakarta: PT Lkis Printing Cemerlang.

Wawan, A. & dewi. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medica; 2010.

Wijaya, T., Nurhadi, dan Anreas, M.K. 2017. Studi Eksplorasi Perilaku Konsumsi Rokok: Perspektif Motif, Merek, dan Iklan Rokok. Jurnal Economia 13(2): 109-117.